Gugus karbonil merupakan guus yang terdiri dari
atom karbon yang berikatan rangkap dengan sebuah atom oksigen (C=O). senyawa
karbonil terdiri atas aldehid (RCHO) dan keton (RCOR’). Senyawa karbonil dapat
disintesis dengan berbagai macam cara.
Sintesis karbonil
menggunakan reagen organometalik
Senyawa
organologam memiliki reakrivitas yang dipengaruhi oleh karakter ioniknya. Senyawa-senyawa
natrium dan kalium sejauh ini adalah yang paling reaktif; keduanya secara
spontan terbakar di udara terbuka, sedangkan senyawa organomagnesium juga
bereaksi dengan oksigen tapi tidak terlalu keras. Senyawa-senyawa litium lebih
reaktif daripada senyawa-senyawa magnesium, sebagai contoh senyawa-senyawa
litium bereaksi dengan ion karboksilat sedangkan senyawa-senyawa magnesium
tidak; senyawa-senyawa timbal kurang reaktif daripada senyawa-senyawa
magnesium, sebagai contoh senyawa-senyawa timbal tidak bereaksi dengan keton.
Pereaksi Grignard juga termasuk
pereaksi organo logam, dimana pereaksi Grignard (R’MgX) direaksikan dengan
turunan asam karboksilat (RCOOR) secara umum terjadi adisi dari dua ekuivalen
gugus organologam. Namun dalam situasi tertentu reaksi dikendalikan hanya
dengan penambahan satu nukleofil organologam. Hasil subtitusi asil adalah produk
keton.Contoh reaksi karbonil dengan senyawa organometal yaitu reaksi sintesis
asam halida dengan organocuprate dan reaksi nitril dengan pereaksi grignard
(diikuti dengan hidrolisis dari produk imina yang dihasilkan).
Selain organomagnesium, digunakan juga logam zirconium
(alkil zirconium). Kompleks alkil zirconium bereaksi denan CO membentuk
kompleks yang tidak stabil. Transfer gugus alkil dari logam ke orbital * CO
untuk diberikan kepada kompleks metal asil 83. Kompleks Zr(IV) pada anion asil
dapat terprotonasi yang diberikan kepada aldehid 84 memberikan yield produk
yang baik.
Synthesis of Ketons via α-Alkilasi
Aldehid dan
keton bersifat asam pada posisi alfa karena deprotonasi menghasilkan basa
knjugasi resonansi ayng stabil (enolat). Ion enolat merupakan nukleofilik pada
karbon alfa. Enolat diperoleh dari aldehid yang sulit dikendalikan karena
aldehid juga merupakan elektrofil yang baik dan sering terjadi reaksi
dimerisasi (self-aldol condensation). Namun, enolat keton merupakan spesi
sintesis yang sebaguna karena dapat bereaksi dengan berbagai elektrofil.
Misalnya, jika direaksikan dengan alkil halide (RX) enolat bertindak sebagai
nukleofil dalam mekanisme SN2 yang menambahkan gugus alkil ke kerbon
alfa.
Dua langkap α-alkilasi dimana
dimulai dengan deprotonasi keton menggunakan basa kuat seperti litium
diisopropilamid (LDA) pada suhu -78°C, diikuti adisi alkil halida. Karena enolat
nukloefilik juga sangat bsa, maka alkil halisa harus tidak memiliki rintangan
atau angan sterik untuk menghdari persaingan dengan reaksi eliminasi (E2).
Ideal RX untuk reaksi SN2 yaitu alkil primer, allylic, benzylic.
Reaksi Asilasi
Reaksi
asilasi pada karbonil umumnya berupa alkilasi Friedel-Crafts. Rekasi terjadi
pada senyawa aromatik dengan sebuah asan klorida dan asam lewis (seperti AlCl3)
dengan penmabahan gugus asil kepada cincin aromatik yang mneghasilkan produk
keton aromatik. Reaksi alkilasi melibatkan karbokation elektrofil yang kuat
(ion acylium), namun karbokation ini tidak dapat dilakukan penataan ulang
kembali setelah distabilkan melalui resonansi.
Efek
penarikan elektron dari gugus karbonil,
hasil reaksi keton
selalu kurang reaktif dari reaktan, oleh karena itu asilasi berganda tidak
terjadi. Selain itu, juga tidak terjadi penataan-ulang karbokation
karena ion karbonium distabilkan oleh struktur resonans dengan muatan positif
pada oksigen. Reaksi asilasi Freidel-Crafts sangat bergantung pada stabilitas
reagen asil klorida. Tahap-tahap reaksinya yaitu:
Tahap
pertama reaksi terdiri dari disosiasi atom klor menjadi kation asil:
Kemudian
diikuti dengan serangan nukelofilik arena terhadap gugus asil:
Pada
akhirnya atom klor bereaksi menjadi HCl dan katalis AlCl3 terbentuk
kembali seperti semula:
Reaksi Micheal
Reaksi Micheal dikenal juga sebagai
konjugasi atau adisi 1,4. Sederhananya terjadi penambahan nuklefil ke elektrofilik
alkena yang biasanya karbonil tak jenuh 2, memberikan produk dari adisi 1,4
dari pada penambahan langsung pada gugus karbonil 1.
Mekanisme
adisi konjugasi (1,4) yaitu sebagai berikut:
Reaksi
Michael terdapat spesi yang berperan sebagai donor Michael dan akseptor
Michael. Akdeptor Michael yang paling reaktif cenderung memberikan adisi 1,2
(CHO>AlkCO>ArCO>COOR>CN) sementara yang paling rekatif untuk
memberikan adisi 1,4 kebalikan dari adisi 1,2. Nukelofil yang paling reaktif,
paling dasar atau keras cenderung memberikan adisi 1,2. Sedangkan nukleofil
paling tidak reaktif atau nukelfil dasar atau lunak cenderung memberikan adisi
1,2. Dan biasanya reaksi Michael menghasilkan produk Michael yang dilanjutkan
dengan kondensasi aldol, seperti pada contoh berikut:
Kondensasi aldol
Kondensasi
aldol merupakan ebuahreaksi organik antara ion enolat dengan senyawa karbonil,
membentuk β-hidroksialdehida atau β-hidroksiketon dan diikuti dengan dehidrasi,
menghasilkan sebuah enon
terkonjugasi. Kondensasi aldol melibatkan adisi nulekfilik sebuah enolat keton
kesebuah aldehida, membentuk β-hidroksi keton, atau sebuah "aldol"
(aldehida + alkohol).
Reaksi
antara keton dengan aldehida terjadi kondensasi aldol silang atau antara dua
aldehida yang juga dinamakan Kondensasi
Claisen-Schmidt. Rekasi pertama adalah reaksi aldol dan reaksi kedua adalah
reaksi dehidrasi yang dikuti dekarboksilasi ketika terdapat gugus karboksil
yang aktif. Dehidrasi dapat mellaui dia cara yatu mekanisme enolat dengan
menggunakan basa dan mekanisme enol menggunakan katalis asam.
Pertanyaan
1. Pada reaksi sintesis keton
melalui α-alkilasi, deprotonasi
keton menggunakan basa kuat seperti litium diisopropilamid (LDA) pada suhu
-78°C, mengapa digunakan suhu rendah dan bagaimana jika digunakan suhu yag
lebih tinggi?
2. Pada reaksi kondensasi aldon, kenapa
umumnya digunakan NaOEt dalam pembentukan karbanion? Dapatkah diganti dengan
basa kuat (NaOH)?
DAFTAR
PUSTAKA
Starkey, L. S.
2012. Introduction to Strategies for
Organic Synthesis. Unites State of America: John Wiley and Sons, Inc.
Wyatt, P dan S. Warren. 2007. Organic Syhtnesis: Strategy and Control. Unites State of America: John Wiley and Sons, Inc.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kondensasi_aldol
Hai devi
BalasHapus1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.
1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
BalasHapusmateri 3, Jawaban
BalasHapus1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi
2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.
saya akan mencoba menjawab pertanyaan pertama, Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
BalasHapusHai Devi , saya akan menjawab pertanyaan dari anda
BalasHapus2. menurut saya hal ini dikarenakan kekuatan basa dari NaOet sendiri yakni merupakan basa lemah, penggunaan basa lemah akan mengakibatkan deprotonasi sebagian dari karbonil dan menghasilkan ion enolat. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. lain halnya jika digunakan basa kuat, yang kemungkinan akan mendeprotonasi penuh karbonil tersebut
terimakasih :)
terimakasih dev,
BalasHapusPenggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
terima kasih devi untuk pertanyaan 1
BalasHapus1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel)
Hayy devi saya akan mebcoba menjawab pertanyaan anda yg nmr 2
BalasHapus2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya
menurut saya pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.
BalasHapus2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya
BalasHapusterimakasih atas pemaparannya
BalasHapus. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.
Hai Devi
BalasHapussaya akan menjawab :
1. Penggunaan suhu rendah sebagai kontrol kinetik agar reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan.
Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika dan lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride).
2. Pada kondensasi, digunakan NaOEt (basa lemah) agar tidak terjadi deprotonasi penuh terhadap keton, namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.
untuk pertanyaan pertama :
BalasHapusPenggunaan suhu rendah sebagai kontrol kinetik agar reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan.
Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika dan lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride).
1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
BalasHapusterima kasih atas materinya
BalasHapussaya akan menjawab:
2. Pada kondensasi, digunakan NaOEt (basa lemah) agar tidak terjadi deprotonasi penuh terhadap keton, namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.
Menurut saya pertanyaan ke
BalasHapus2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya
Terimakasih devi,
BalasHapusMenurut saya jawabannya adalah :
1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
Menurut saya untuk jawaban no. 2 Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya
BalasHapusMateri yang menarik Devi,
BalasHapus2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.
Balas
terimakasih materinyaa..
BalasHapussaya akan menjawab pertanyaan kedua anda..
Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya...
Terimakasih devi,
BalasHapusMenurut saya jawabannya adalah :
1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
Hai devi
BalasHapusMaterinya sangat menarik
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 1
Menurut saya
1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
Terimakasih materinya devi
BalasHapus2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.
Terimakasih materinya devi. Saya akan mencoba menjawab.
BalasHapus2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.
Terimakasih materinya devi
BalasHapus2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.
1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
BalasHapusTerimakasih atas materinya kak. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
BalasHapusPenggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
BalasHapusHai devi
BalasHapus1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.