Senin, 16 April 2018

Carbonyl Chemistry


Gugus karbonil merupakan guus yang terdiri dari atom karbon yang berikatan rangkap dengan sebuah atom oksigen (C=O). senyawa karbonil terdiri atas aldehid (RCHO) dan keton (RCOR’). Senyawa karbonil dapat disintesis dengan berbagai macam cara.

Sintesis karbonil menggunakan reagen organometalik
            Senyawa organologam memiliki reakrivitas yang dipengaruhi oleh karakter ioniknya. Senyawa-senyawa natrium dan kalium sejauh ini adalah yang paling reaktif; keduanya secara spontan terbakar di udara terbuka, sedangkan senyawa organomagnesium juga bereaksi dengan oksigen tapi tidak terlalu keras. Senyawa-senyawa litium lebih reaktif daripada senyawa-senyawa magnesium, sebagai contoh senyawa-senyawa litium bereaksi dengan ion karboksilat sedangkan senyawa-senyawa magnesium tidak; senyawa-senyawa timbal kurang reaktif daripada senyawa-senyawa magnesium, sebagai contoh senyawa-senyawa timbal tidak bereaksi dengan keton. 

Pereaksi Grignard juga termasuk pereaksi organo logam, dimana pereaksi Grignard (R’MgX) direaksikan dengan turunan asam karboksilat (RCOOR) secara umum terjadi adisi dari dua ekuivalen gugus organologam. Namun dalam situasi tertentu reaksi dikendalikan hanya dengan penambahan satu nukleofil organologam. Hasil subtitusi asil adalah produk keton.Contoh reaksi karbonil dengan senyawa organometal yaitu reaksi sintesis asam halida dengan organocuprate dan reaksi nitril dengan pereaksi grignard (diikuti dengan hidrolisis dari produk imina yang dihasilkan).



 
Selain organomagnesium, digunakan juga logam zirconium (alkil zirconium). Kompleks alkil zirconium bereaksi denan CO membentuk kompleks yang tidak stabil. Transfer gugus alkil dari logam ke orbital * CO untuk diberikan kepada kompleks metal asil 83. Kompleks Zr(IV) pada anion asil dapat terprotonasi yang diberikan kepada aldehid 84 memberikan yield produk yang baik.
 
 





Synthesis of Ketons via α-Alkilasi
            Aldehid dan keton bersifat asam pada posisi alfa karena deprotonasi menghasilkan basa knjugasi resonansi ayng stabil (enolat). Ion enolat merupakan nukleofilik pada karbon alfa. Enolat diperoleh dari aldehid yang sulit dikendalikan karena aldehid juga merupakan elektrofil yang baik dan sering terjadi reaksi dimerisasi (self-aldol condensation). Namun, enolat keton merupakan spesi sintesis yang sebaguna karena dapat bereaksi dengan berbagai elektrofil. Misalnya, jika direaksikan dengan alkil halide (RX) enolat bertindak sebagai nukleofil dalam mekanisme SN2 yang menambahkan gugus alkil ke kerbon alfa.
            Dua langkap α-alkilasi dimana dimulai dengan deprotonasi keton menggunakan basa kuat seperti litium diisopropilamid (LDA) pada suhu -78°C, diikuti adisi alkil halida. Karena enolat nukloefilik juga sangat bsa, maka alkil halisa harus tidak memiliki rintangan atau angan sterik untuk menghdari persaingan dengan reaksi eliminasi (E2). Ideal RX untuk reaksi SN2 yaitu alkil primer, allylic, benzylic.
  


Reaksi Asilasi
            Reaksi asilasi pada karbonil umumnya berupa alkilasi Friedel-Crafts. Rekasi terjadi pada senyawa aromatik dengan sebuah asan klorida dan asam lewis (seperti AlCl3) dengan penmabahan gugus asil kepada cincin aromatik yang mneghasilkan produk keton aromatik. Reaksi alkilasi melibatkan karbokation elektrofil yang kuat (ion acylium), namun karbokation ini tidak dapat dilakukan penataan ulang kembali setelah distabilkan melalui resonansi.
 
 

Efek penarikan elektron dari gugus karbonil, hasil reaksi keton selalu kurang reaktif dari reaktan, oleh karena itu asilasi berganda tidak terjadi. Selain itu, juga tidak terjadi penataan-ulang karbokation karena ion karbonium distabilkan oleh struktur resonans dengan muatan positif pada oksigen. Reaksi asilasi Freidel-Crafts sangat bergantung pada stabilitas reagen asil klorida. Tahap-tahap reaksinya yaitu:
Tahap pertama reaksi terdiri dari disosiasi atom klor menjadi kation asil:







Kemudian diikuti dengan serangan nukelofilik arena terhadap gugus asil:


Pada akhirnya atom klor bereaksi menjadi HCl dan katalis AlCl3 terbentuk kembali seperti semula:


Reaksi Micheal
            Reaksi Micheal dikenal juga sebagai konjugasi atau adisi 1,4. Sederhananya terjadi penambahan nuklefil ke elektrofilik alkena yang biasanya karbonil tak jenuh 2, memberikan produk dari adisi 1,4 dari pada penambahan langsung pada gugus karbonil 1.

 

Mekanisme adisi konjugasi (1,4) yaitu sebagai berikut:

Reaksi Michael terdapat spesi yang berperan sebagai donor Michael dan akseptor Michael. Akdeptor Michael yang paling reaktif cenderung memberikan adisi 1,2 (CHO>AlkCO>ArCO>COOR>CN) sementara yang paling rekatif untuk memberikan adisi 1,4 kebalikan dari adisi 1,2. Nukelofil yang paling reaktif, paling dasar atau keras cenderung memberikan adisi 1,2. Sedangkan nukleofil paling tidak reaktif atau nukelfil dasar atau lunak cenderung memberikan adisi 1,2. Dan biasanya reaksi Michael menghasilkan produk Michael yang dilanjutkan dengan kondensasi aldol, seperti pada contoh berikut:

 

Kondensasi aldol
            Kondensasi aldol merupakan ebuahreaksi organik antara ion enolat dengan senyawa karbonil, membentuk β-hidroksialdehida atau β-hidroksiketon dan diikuti dengan dehidrasi, menghasilkan sebuah enon terkonjugasi. Kondensasi aldol melibatkan adisi nulekfilik sebuah enolat keton kesebuah aldehida, membentuk β-hidroksi keton, atau sebuah "aldol" (aldehida + alkohol).
 
 

Reaksi antara keton dengan aldehida terjadi kondensasi aldol silang atau antara dua aldehida yang juga dinamakan Kondensasi Claisen-Schmidt. Rekasi pertama adalah reaksi aldol dan reaksi kedua adalah reaksi dehidrasi yang dikuti dekarboksilasi ketika terdapat gugus karboksil yang aktif. Dehidrasi dapat mellaui dia cara yatu mekanisme enolat dengan menggunakan basa dan mekanisme enol menggunakan katalis asam.

Pertanyaan
1. Pada reaksi sintesis keton melalui α-alkilasi, deprotonasi keton menggunakan basa kuat seperti litium diisopropilamid (LDA) pada suhu -78°C, mengapa digunakan suhu rendah dan bagaimana jika digunakan suhu yag lebih tinggi?
2. Pada reaksi kondensasi aldon, kenapa umumnya digunakan NaOEt dalam pembentukan karbanion? Dapatkah diganti dengan basa kuat (NaOH)?

DAFTAR PUSTAKA
Starkey, L. S. 2012. Introduction to Strategies for Organic Synthesis. Unites State of America: John Wiley and Sons, Inc.
Wyatt, P dan S. Warren. 2007. Organic Syhtnesis: Strategy and Control. Unites State of America: John Wiley and Sons, Inc.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kondensasi_aldol


29 komentar:

  1. Hai devi
    1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
    2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.

    BalasHapus
  2. 1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).

    BalasHapus
  3. materi 3, Jawaban
    1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi
    2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.

    BalasHapus
  4. saya akan mencoba menjawab pertanyaan pertama, Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).

    BalasHapus
  5. Hai Devi , saya akan menjawab pertanyaan dari anda
    2. menurut saya hal ini dikarenakan kekuatan basa dari NaOet sendiri yakni merupakan basa lemah, penggunaan basa lemah akan mengakibatkan deprotonasi sebagian dari karbonil dan menghasilkan ion enolat. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. lain halnya jika digunakan basa kuat, yang kemungkinan akan mendeprotonasi penuh karbonil tersebut

    terimakasih :)

    BalasHapus
  6. terimakasih dev,
    Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).

    BalasHapus
  7. terima kasih devi untuk pertanyaan 1
    1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel)

    BalasHapus
  8. Hayy devi saya akan mebcoba menjawab pertanyaan anda yg nmr 2
    2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya

    BalasHapus
  9. menurut saya pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.

    BalasHapus
  10. 2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya

    BalasHapus
  11. terimakasih atas pemaparannya
    . Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.

    BalasHapus
  12. Hai Devi
    saya akan menjawab :
    1. Penggunaan suhu rendah sebagai kontrol kinetik agar reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan.
    Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika dan lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride).
    2. Pada kondensasi, digunakan NaOEt (basa lemah) agar tidak terjadi deprotonasi penuh terhadap keton, namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.

    BalasHapus
  13. untuk pertanyaan pertama :
    Penggunaan suhu rendah sebagai kontrol kinetik agar reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan.
    Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika dan lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride).

    BalasHapus
  14. 1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).

    BalasHapus
  15. terima kasih atas materinya
    saya akan menjawab:
    2. Pada kondensasi, digunakan NaOEt (basa lemah) agar tidak terjadi deprotonasi penuh terhadap keton, namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.

    BalasHapus
  16. Menurut saya pertanyaan ke
    2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya

    BalasHapus
  17. Terimakasih devi,
    Menurut saya jawabannya adalah :
    1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).

    BalasHapus
  18. Menurut saya untuk jawaban no. 2 Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya

    BalasHapus
  19. Materi yang menarik Devi,
    2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.
    Balas

    BalasHapus
  20. terimakasih materinyaa..
    saya akan menjawab pertanyaan kedua anda..
    Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya...

    BalasHapus
  21. Terimakasih devi,
    Menurut saya jawabannya adalah :
    1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).

    BalasHapus
  22. Hai devi
    Materinya sangat menarik
    Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 1
    Menurut saya
    1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).

    BalasHapus
  23. Terimakasih materinya devi
    2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.

    BalasHapus
  24. Terimakasih materinya devi. Saya akan mencoba menjawab.
    2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.

    BalasHapus
  25. Terimakasih materinya devi
    2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.

    BalasHapus
  26. 1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).

    BalasHapus
  27. Terimakasih atas materinya kak. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).

    BalasHapus
  28. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).

    BalasHapus
  29. Hai devi
    1. Penggunaan suhu rendah saat deprotonasi keton menggunakan basa kuat yaitu agar reaksi berlangsung secara kontrol kinetik. Reaksi deprotonasi berlangsung irreversible dan reaksi terbentuknya enolat tidak mencapai kesetimbangan (reaksi tidak dapat balik). Jika digunakan suhu yang lebih tinggi maka deprotonasi akan menghasilkan enolat termodinamika. Namun jika menggunakan suhu tinggi yang digunakan bukan LDH tapi lebih baik menggunakan TMSCl (trimethylsilyl chloride). Enolat yang dihasilkan lebih stabil dengan ikatan rangkap dua yang leih tersubstitusi, dimungkinkan kelebihan keton atau basa lemah sehingga reaksi dapat balik terjadi (reaksi reversibel).
    2. Pada kondensasi, digunakan NaOet untk pembentukan karbanion dikarenakan sifat basa lemah dari NaOEt. Kebasaan NaOEt tidak mengakibatkan deprotonasi penuh terhadap keton namun dapat menghasilkan natrium enolat dari kedua keton tersebut. Menyebabkan kedua keton dapat berperan sebagai elektrofil aldol dan nukleofil melalui enolat yang terbentuk. Jika digunakan basa kuat maka proses deprotonasi akan berlangsung sepenuhnya.

    BalasHapus

 

All About Chemistry Template by Ipietoon Cute Blog Design