Kontrol Kinetika,
Kontrol Termodinamika Dan Kurva Progres Regresi
A.
Syarat Termodinamika dan
Kinetika Reaksi
Energi
bebas produk dalam suatu reaksi harus lebih kecil dari pada energi reaktan yang
menghasilkan ΔG negatif, hal ini
merupakan ciri dari reaksi spontan. Reaksi dapat berlangsung dengan jalan lain
namun dengan cara menambahkan energi bebas dalam reaksi. Energi bebas terdiri
dari dua komponene yaitu entalpi dan sentropi, seperti pada persamaan berikut:
ΔG= ΔH – TΔS
Suatu
reaksi dapat berlangsung dengan ΔG
negatif dan juga ΔG positif. Contoh
untuk reaksi spontan ΔG negatif yaitu
rekasi yang menghasilkan H2O dari rekasi H2 dan O2.
Campuran H2 dan O2 dapat disimpan dalam jangka waktu yang
sangat lama pada sushu kamar tanpa adanya reaksi yang berarti. Ditambahkan
energi bebas aktivasi agar reaksi dapat berlangsung seperti pada gambar 1
berikut.
Gambar 1. Energi
bebas reaksi tanpa spesies-antara dengan energi bebas produk lebih rendah dari pada energi bebas reaktan
Reaksi
antara dua molekul atau lebih akan mencapai titik yang berkaitan dengan puncak
kurva dimana terbentuk keadaan transisi untuk posisi inti dan elektron spesi
yang ada dalam kedaan tersebut. Pada keadaan transisi tersebut mempunyai
geometri terbatas dan distribusi muatan namun tidak mempunyai keadaan terbatas
dimana sistem ini dinamakan kompleks
teraktivasi. Starting material dan kompleks teraktivasi saat keadaan
transisi dipertimbangkan dalam kesetimbangan dengan tetapan kesetimbangan K↕. Terbentuknya produk dari
kompleks teraktivasi dengan kecepatan yang sama sehingga tetapan kecepatan
reaksi bergantung pada posisi kesetimbangan antara starting material dengan
kompleks teraktivasi yang diperoleh persamman berikut.
ΔG↕=
-2,3 RT log K↕
Mpeningkatan
suhu menyebabkan peningkatan kecepatan reaksi karena penambahan senergi yang
membantu molekul melewati energi aktivasi. Dalam suatu reaksi sering kali
terdapat proses terkontrol difusi dimana reaksi tidak memiliki energi bebas
aktivasi sehingga K↕ tidak terbatas dan hamper semua tumbukan
mengarah terhadap reaksi.
ΔG↕=
ΔH↕ - TΔS↕
Entalpi (ΔH)
merupakan perbedaan ernegi ikatan (energi tegangan, resonansi dan solvasi) dan
entropi (ΔS) menyatakan ketidak
teraturan atau kebebasan suatu sistem.
Jika
suatu reaksi memiliki dua keadaan transisi karena reaksi tersebut memiliki
proses dua tahap atau lebih. Dimana kedua keadaan transisi tersebut memiliki
energi yang lebih tinggi dari pada spesies-antara.
Gambar 2. (a)
Energi bebas untuk reaksi dengan satu spesies-antara dimana ΔG1↕
dan ΔG2↕ adalh energi bebas aktivasi tahap pertama dan
tahap kedua. (b) Energi bebas untuk rekasi dengan satu spesies-antara dimana
puncak pertama lebih tinggi dari pada puncak kedua.
Pada gambar 2 (a) dan (b) memiliki keadaan yang
berbanding terbalik, dimana puncak kedua dari gambar 2 (a) lebih tinggi dari
pada puncak kedua gambae 2 (b). Reaksi dengan puncak kedua lebih tinggi dari
pada puncak pertama memiliki ΔG↕ keseluruhan lebih kecil dari pada
ΔG↕ untuk dua tahap. Terdapat minima
yang energi bebas berkaitan dengan
spesies nyata dengan waktu hidup terbatas, spesiesnya seperti karbokation,
karbanion, radikal bebas dan sebagainya atau atom yang memiliki valensi normal.
Prosuk akan terbentuk lebih cepat jika reaksi terjadi dibawah kondisi tersebut
karena ΔG2 kecil. Sedangkan maksima
tidak berkaitan dengan spesies nyata hanya kepada keadaan transisi dimana
ikatan hamper putus dan/atau ikatan hamper terbentuk shingga keadaan transisi
hanya sementara dengan waktu hidup yang sangat mendekati nol.
B.
Kontrok Kinetik dan Kontrol Termodinamik
Suatu reaksi dapat menghasilkan produk
yang berbeda karena terjadi reaksi kompetisi.
Gambar 3. Reaksi yang dapat menhasilkan produk B dan/atau C
Pada gambar 3 menunjukkan suatu reaksi menu njukkan produk B lebih stabil secara termodinamika
dari pada produk C kerena B memiliki ΔG lebih tnggi dari pada C, namun produk C
terbentuk lebih cepat karena ΔG lebih rendah. Jika tidak terjadi reaksi
reversible maka produk C akan terbentuk lebih banyak karena terbentuk lebih
cepat. Namun jika terjadi reaksi reversibel yang dihentikan sebelum tercapai
kesetimbangan maka reaksi akan dikontrol oleh kintik karena akaln dihasilkan
produk yang lebih cepat terbentuk. Sedangkan jika reaksi dibiarkan hingga
mencapai krsetimbangan akan produk yang lebih banyak dihasilkan yang stabil
yaitu produk B. namun jika dibawah kondisi tersebut, C yang awalya terbentuk
akan kembali ke A dan B yang lebih stabil tidak berkurang banyak jumlahnya,
sehinggal hal ini dinamakan produk terkontrol nsecara termodinamik.
Contoh
pada reaksi adisi hidrogen bromide dengan 1,3 butadiene yang dipengaruhi oleh
temperatur akan menghasilkan produk seperti pada persamaan reaksi berikut:
Dengan diagram energi potensial untuk kedua reaksi
seperti gambar 4 berikut.
Gambar 4. Diagram Koordinat reaksi adisi HBr dengan
1,3-butadiene
Dari
gambar 4 dapat diketahui alasan kenapa produk tersebut dominan pada suhu rendah
ataupun pada suhu tinggi. awalnya produk terbentuk bergantung pada ion bromide
yang menyerang ion alilik yang beresonansi. Serangan dari ion bromide terhadap
karbon sekunder resonansi menghasilkan produk adisi 1,2 sedangkan erangan ion
bromide terhadap karbon primer akan menghasilkan produk adisi 1,4. Serangan ion
bromide lebih cepat terhadap karbon sekunder karena muatan dari karbon sekunder
lebih tinggi. namun produk 1,4 lebih stabil dengan ikatan rangkap lebih
tersubstitusi.
Kontrol
kinetik pada -80°C
Kontrol
kinetik terjadi pada temperatur rendah yaitu -80°C dengan ciri reaksi
irreversible. Keadan transisi untuk adisi 1,2 memiliki energi bebas yang lebih
rendah dari pada adisi 1,4 menyebabkan energi aktivasi (ΔG≠) adisi 1,2 rendah. Adisi 1,2 merupakn produk hasil serangan ion
bromide terhadap karbon sekunder yang memiliki muatan lebih besar. Proses
reaksi ion bromide dengan kation alilik bersifat sangat eksotermik yang
menybabakan reaksi sebaliknya (adisi 1,4) memiliki energi aktivasi yang lebih
besar. Pada temperatur -80°C kolisi yang berlangsug sesama molekul sangat
sedikit. Sehingga laju reaksi lebih praktis dengan nol. Dalam keadaan ini
dinyatakan menghasilkan predominan produk yang lebih cepat terbentuk. Selain
itu dalam kondisi ini tidak memiliki energi yang cukup untuk reaksi reversibel.
Karena kinetika dari reaksi ini memnuntukan hasilnya maka kondisi ini dinamakan
rekasi yang dikontrol secara kinetik.
Kontrol
Termodinamika pada -45°C
Kontrol
termodinamika terjadi pada temperatur yang lebih tinggi yaitu -45°C dengan ciri
reaksi reversibel. Pada temperatur ini fraksi tertentu dari kolisi molekuler
memiliki energi yang cukup untuk mengerjakan reaksi balik. Reaksi balik untuk
adisi 1,2 lebih kecil dari pada adisi 1,4. Produk adisi 1,2 tetap menjadi
produk yang lebih cepat terbentuk, namun kembalinya ke kationa alilik juga
lebih cepat dari pada adisi 1,4. Kesetimbangan reaksi tercapai dan konsentrasi
dari masing-masing spesi produk dipengaruhi oleh energi relatifnya. Pridominan
yang dihasilkan spesi yang paling stabil yaitu adisi 1,4. Karena termodinamik
dari reaksi menentukan hasilnya maka reaksi ini dikontrol oleh termodinamiknya
tau dikontrol oleh kesetimbangan.
Dari
uirain diatas dapat disimpulkan bahwa reaksi-reaksi yang berkesudahan
(ireversibel) atau tidak mudah balik merupakan reaksi kontrol kinetik karena
kesetimbangan reaksi jarang tercapai, produk dengan energi keadaan transisi
yang lebih rendah akan dominan. Sedangkan reaksi-reaksi yang mudah balik atau
reversible termasuk kedalam rekasi kontrol termodinamik dengan produk dominan
yang stabil.
Berdasarkan
uraian pejelasan diatas mengenai kontrol kinetik dan termodinamik bagaimana reaksi
adisi 1,3 pentadien oleh HCl dengan kondisi yang sama seperti reaksi adisi
1,3-butadien oleh HBr diatas?. Dan bagaimana pendapat kalian produk mana
yang lebih baik dari kedua kontrol tersebut?.
*Note materi ini dengan refensi seperti pada dapus
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus. 2009.
Modul Pembelajaran Kimia Organik Fisis I. Makasar: Universitas Hasanudin.
KSHITIJ
Education India. ISO 9001:2008 Certified. Thermodynamic Versus
Kinetic Control of Reactions. http://www.kshitij-iitjee.com/kinetic-product-thermodynamic-product.
Tobing, R. L.
1989. Kimia Organik Fisik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Diektorat Jendral Pendidikan Tinggi.
terimakasih atas uraian materinya sangat bermanfaat.
BalasHapusuntuk reaksi asidi 1,3 pentadien oleh HCl dengan kondisi yang telah dipaparkan sebelumnya maka hasil yang diperoleh akan sama,dimana pada suhu -80 akan di dapat produk dari kontrol kinetik adisi 1,2 sedangkan pada suhu 45 akan di dapat produk dari kontrol termodinamik adisi 1,4.
terimakasih
dan untuk produk yg stabil adalah produk dari kontrol termodinamik adisi 1,4
Hapusterima kasih atas jawabannya
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMateri yang sangat menarik.
BalasHapusKarena yg direaksikan sama alkena dan sifat HBr dengan HCl sama serta diberi kontrol yang sama maka produk yg dihasilkam juga sama pula, perbedaanya hanya pada panjang rantai C nya saja.
Produk yg baik adalah produk yang stabil yaitu produk kontrol termodinamik.
terima kasih atas jawabannya
HapusTerimakasih atas materi yang telah disampaiakan, sangat membantu dalam perkuliahan. Untuk hasil reaksi itu sama, dimana pada suhu -80 produk kontrol kinetik adisi 1,2 dan pada suhu 40 produk kontrol termodinamik adisi 1,4
BalasHapusterima kasih atelah menjawab kembali
Hapusdan produk yang baik yaitu pada produk kontrol termodinamika
Hapusterimakasih atas materinya disini saya mencoba untuk menjawab dimana keduanya memiliki stabilitas yang sama karena keduanya menyerupai struktur resonansi yang berkontribusi dimana muatan positifnya berada pada karbon allylic sekunder. namun ion klorida dapat lebih menstabilkan muatan positif pada C-2 daripada di C-4 hanya karena ketika ion klorida pertama kali diproduksi, lebih dekat ke C- 2 dari pada C-4. Jadi ini adalah efek kedekatan yang menyebabkan produk 1,2-tambahan akan terbentuk lebih cepat.
BalasHapusMenurut saya
BalasHapusAkan sama saja dikarenakan kemiripan sifat reagen yang digunakan
Sedangkan untuk yang baik, produk stabil lah yang terbaik hasil kontrol termodinamik
terima kasih
Hapusmateri yang sangat bermanfaat. menurut saya hasil reaksi 1,3 pentadien oleh HCl akan memberikan hasil yang sama. dan untuk produk dengan hasil yang baik yaitu pada kontrol termodinamik
BalasHapusterima kasih telah menjawab
Hapusterimakasih materi yang di paparkan sangat membantu
BalasHapussaya akan coba menjawab permasalah diatas saya rasa produk yang akan terbentuk akan sama dengan sebelumnya hal ini dikarnakan sifat dari senyawa yang gunakan cenderung sama,
adapun untuk produk yang baik itu tergantung dari senyawa apa yang ingin diperoleh oleh sang peneliti , namun untuk kesetabilan senyawa maka senyawa akan lebih setabil dari kontrol termodinamik
terima kasih atas jawabannya
HapusHasilnya akan mirip. Ya hanya beda Br dan Cl-nya saja.
BalasHapusSoal mana yang lebih baik, pada kasus itu adalah kontrol kinetik.
Kenapa gitu? Karena, pada kontrol kinetik produk terbentuk lebih cepat dan pada kasus itu, tidak cukup energi untuk reaksi reversibel. Jadi, selain produk cepat terbentuk, itu juga stabil.
CMIIW
Semoga bermanfaat.
terima kasih telah menjawab
HapusThats good information
BalasHapus