Persamaan Hammett
Pengaruh
suatu substituent terhadap substrat dapat dipelajari dengan mengukur seberapa
jauhkah suatu substituent yang diintroduksikan akan mempengaruhi sifat fisik
dan kimia dari substrat. pengaruh substituent berhubungan dengan Persamaan
Hammett. Persamaan Hammett menunjukkan bahwa hubungan termodinamik tertentu
dapat memberi sumbangan terhadap pengaruh substituen.
Hammett
menunjukkan fakta bahwa plot dari log KA ionisasi asam benzoate terhadap
log k hidrolisis ester-esternya yang
tersubstituen menghasilkan suatu garis linear (seperti pada gambar 1) yang
menunjukkan bahwa semua substituent yang terlibat memberikan pengaruh yang
mirip terhadap beberapa reaksi yang sangat berbeda satu sama lain.
Gambar
1. Plot
laju relatif hidrolisis etil benzoate tersubstitusi terhadap tetapan disosiasi
asam-asam benzoat.
Peramaan Hammet yaitu log k/k0
= σρ. Dengan keterangan
sebagai berikut:
k = tetapan hidrolisis ester
tersubstitusi meta tau para
k0 = tetapan hidrolisis yang berkaitam
dengan senyawa tersubstitusi
σ = tetapan substitusi
ρ = tetapan reaksi
Persamaan Hammett
menggambarkan substituent polar dengan posisi meta tau para terhadap sisi
reaksi turunan benzena. Tidak berlaku untuk substituent pada posisi orto karena
terdapat efek sterik dan turunan alifatik yang menyebabkan pelintiran rantai
karbon dapat menimbuklan aksi sterik. Suatu alur log k/k0 lawan σ adalah
linear dan kemiringan adalah ρ. Tetapan
substituen σ ditetapkan dengan persamaan berikut:
Dengan K0 menyatakan tetapan ionisasi asam benzoate dan K adalah tetapan ionisasi turunan asam benzoat.
Dari
persamaan Hammett terdapat dua hubungan yang ditinjau yaitu:
- Kesetimbangan dari berbagai reaski secara kuantitaif dapat dihubungkan dengan kesetimbangan ioniasasi asam-asam benzoate.
- Reaksi dari berbagai turunan benzen secara juantitaif dapat dikorelasikan terhadap kesetimbangan ionisasi asam-asam benzoat.
Tabel
1. Nilai
tetapan substituen
Dari tabel 1 terdapai
nilai tetapan yang negatif dan positif. Nilai negatif bagi gugus menunjukkan peningkatan
kerapatan elektron pada pusat reaski sedangkan nlai positif menunjukkan
penurunan kerapatan elektron. Nilai tetapan substituen digunakan sebagai ukuran
derajat pengusiran atau penarikan elektron oleh gugus terhadap cincin benzena. Satu
substituen memerlukan dua harga yang berbeda agar dapat memenuhi persamaan
Hammett. Misalnya satu substituen yang sama dapat berlawanan (positif dan
negatif) karena lokasinya yang berlainan. Untuk m-OMe σm = +0,10
(gugus penarik elektron sedangkan untuk ρ-OMe = -0.12 (gugus pemberi elektron). Sehingga
dapt diketahui bahwa setiap harga σ menunjukkan karakteristik suatu substituen
pada keadaan tertentu.
Gugus
penarik elektron dapat meningkatkan keasaman dikarenakan semakin besar daya
tarik elektronnya maka meningkatkan efek induksinya sehingga meningkatkan
keasaman dari senyawa tersebut.
Substituen dapat
menimbulkan dua pengaruh yang sangat berbeda satu sama lainnya yaitu:
1.
Pengaruh resonansi
atau mesomeri yang disingkt dengan R. +R
jika substituen memberi elektron ke pusat reaksi dan –R jika substituen menarik
elektron dari pusat reaski.
Agar
dapat menimbulkan pengaruh resonansi, substituen harus memiliki satu orbital ρ
atau yang dapat berkonjugasi dengan orbital molekuler dari sistem aromatik.
Dalam hal ini diperhatikan dua hal yaitu substituen
–X yang merupakn gugus pemberi elektron dan memiliki pasangan elektron bebas
atau elektron pada atom yang berlangsung terikat ke cincin aromatik dan
substituen Z yang dapat menerima pusat penerima dan terikat langsung ke
cincin.
2.
Tranmisi muatan
secara polaritas bertahap sepanjang ikatan. Symbol I merupakan kombinasi dari
pengaruh induktif dan pengaruh medan. –I
berarti penarik elektron dan +I menandakan pemberi elektron. Masing-masing
pengaruh tersebut dapat membenatu atau menghaslangi laju reaksi, bergantung
jenis substituen yang terlibat serta jenis reaskinya.
Gambar
2. Pengaruh
medan substituen benzena
Pertanyaan
1.
Jika gugus C(CN)3
memiliki nilai σm = 1,00 dan gugus NH2 memiliki nilai σm
= -0,161 menjadi substituen pada benzen, manakah yang memiliki keasaman lebih
tinggi?
2.
Agar menimbulkan pengaruh
resonansi, apa yang harus dimiliki suatu substituen?
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus. 2009.
Modul Pembelajaran Kimia Organik Fisis I.
Makasar: Universitas Hasanudin.
Tobing, R. L.
1989. Kimia Organik Fisik. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Diektorat Jendral Pendidikan Tinggi.